Dengan Menyebut Nama Allah

"Aku berlindung dari terbolak-baliknya hati, dari kerasnya hati dan dari ilmu yang tidak manfaat"

Senin, 08 Oktober 2012

Diabetes dan Kehamilan


Dalam bahasa bule, diabetes yang terdeteksi hanya saat kehamilan biasanya disebut dengan Diabetes Gestational. Diabetes gestational  diestimasikan dialami sekitar 18% dari ibu-ibu hamil. Mereka sebelumnya hampir tidak pernah terdiagnosa terkena diabetes, tetapi tiba-tiba mengalami kenaikan gula darah yang cukup signifikan saat hamil.

Apakah penyebabnya?
Sebelumnya mari kita lihat mengapa kadar gula darah bisa tinggi.
- Tubuh kita butuh gula (glukosa) untuk memproduksi energi.
- Glukosa masuk ke dalam aliran darah melalui makanan (utamanya karbohidrat).
- Glukosa lantas diserap oleh sel-sel tubuh untuk kemudian diubah menjadi energi.
- Proses penyerapan glukosa dari aliran darah ke dalam sel tubuh dibantu oleh hormon Insulin.
- Jika proses penyerapan glukosa terganggu, maka kadar gula dalam darah menjadi tinggi.

Tumbuh kembang bayi dalam rahim disupport oleh plasenta, yang juga memproduksi hormon-hormon tertentu. Hormon ini digunakan membantu proses perkembangan janin. Dengan suatu mekanisme tertentu, para ahli menduga hormon yang dihasilkan plasenta inilah yang memblokir kinerja insulin. Hal ini menyebabkan resistensi insulin yang menyebabkan ibu kesulitan memanfaatkan insulin. Tanpa insulin yang cukup glukosa darah tidak bisa diserap sel-sel tubuh untuk dikonsversi menjadi energi. Oleh karenanya, kadar gula darah ibu hamil menjadi meningkat.

Apa saja gejalanya?
Hampir sama dengan gejala diabetes pada penderita yang tidak hamil, yakni merasa lebih lapar dan haus, merasa lebih cepat lelah dan meningkatnya frekuensi buang air kecil. Biasanya ibu hamil akan mendapati peningkatan kadar gula darah saat melakukan pemeriksaan rutin (cek darah).

Apakah diabetes saat kehamilan bisa berpengaruh buruk pada bayi?
Diabetes yang tidak terkendali saat kehamilan bisa saja menyakiti janin. Karena naiknya kadar glukosa darah ibu, sebagian akan menyeberang ke bayi melalui placenta. Sehingga kadar gula darah bayi juga ikut meningkat. Meningkatnya kadar glukosa darah janin menmbuat pankreas janin bekerja ekstra keras untuk memproduksi insulin. Pada akhirnya karena mereka mendapatkan asupan glukosa yang lebih dari cukup untuk dikonversi ke energi, maka kelebihan glukosa akan disimpan sebagai lemak. Inilah yang menyebabkan lahirnya bayi "raksasa" (macrosomia).

Bukannya malah lucu kalau bayi yang lahir adalah bayi yang gemuk?
Ya selama kegemukan bayi berada dalam range berat bayi baru normal sih tidak masalah. Masalahnya adalah berat badan bayi macrosomia bisa mencapai 90% berat  bayi normal. Bayi macrosomia bukan hanya menjadi masalah karena dia tidak bisa menggunakan pakaian bayi baru yang serba imut, tapi juga menimbulkan permasalahan lain:
1. Macrosomia menyebabkan naiknya resiko kematian janin di akhir-akhir usia kehamilan (stillbirth).
2. Meningkatnya resiko obesitas saat bayi tersebut dewasa.
3. Adanya resiko yang lumayan ngeri yakni sebuah kondisi saat persalinan yang disebut shoulder systocia. Yakni suatu keadaan saat kepala bayi sudah keluar namun bahunya masih terjebak di jalan lahir. Pada saat ini, baik ibu maupun bayi sama-sama berada dalam bahaya.
4. Bayi dengan berat badan berlebih dapat membebani tulang punggung secara berlebihan, terutama di akhir masa kehamilan.

Saran saya, sebaiknya mintalah dokter kandungan anda untuk memberikan surat rujukan cek darah saat usia kehamilan menginjak trimester ketiga. Agar diabetes saat kehamilan dapat terdeteksi secara dini dan tidak menimbulkan akibat yang lebih serius. Terutama apabila dalam silsilah, ada anggota keluarga yang terkena diabetes.


Semoga artikel ini bermanfaat.

Salam manis semanis gula ^-^

Tidak ada komentar: