Benarkah produksi gula dari nira kelapa membawa
dampak buruk bagi produksi kelapa itu sendiri?
Benarkah produksi gula kelapa menyebabkan
berkurangnya produksi kelapa, sehingga berkurang juga produksi minyak kelapa,
tepung kelapa dan kelapa kering?
Benarkah produksi gula kelapa malah
menyengsarakan petani karena tidak terlalu bernilai secara ekonomis?
Seiring dengan mulai merebaknya pamor gula dari
nira kelapa, memang ada rumor-rumor, yang entah disengaja atau tidak, tersebar
lewat internet. Sebenarnya saya tidak mengajak pembaca untuk percaya atau tidak
percaya terhadap berita tersebut. Saya hanya ingin pembaca mencari lebih jauh
fakta-fakta yang ada dan membuat penilaian sendiri.
Sebelum melangkah lebih jauh membahas rumor-rumor
tersebut, mari kita lihat lagi bagaimana sih gula kelapa itu diproduksi:
- Petani nira (penderes) akan memanjat pohonkelapa, yang terkadang tingginya bisa mencapai puluhan meter.
- Di puncak pohon kelapa, petani akan menemui
tangkai-tangkai bunga kelapa. Bentuknya seperti bunga-bunga kecil yang tersusun
dalam tangkai. Bunga-bunga ini nantinya, jika mengalami pembuahan, akan tumbuh
menjadi buah kelapa.
- Lantas penderes akan mengikat susunan
bunga-bunga tersebut menjadi ikatan-ikatan, lalu menyayat ujung tangkai bunga.
- Di bawah luka bekas sayatan inilah, penderes
akan meletakkan wadah-wadah bambu untuk menampung nira yang menetes melalui
bekas sayatan tersebut.
- Nira murni yang terkumpul lantas secepat
mungkin dipanaskan untuk mencegah terjadinya fermentasi.
Rumor
No. 1. Berkurangnya Produksi Buah Kelapa
Tidak salah memang, jika bunga-bunga yang dilukai
dengan tujuan mengeluarkan nira akan mencegah terjadinya pembuahan menjadi
kelapa. Namun faktanya, sebuah pohon kelapa memiliki banyak tangkai bunga. Para
petani bebas menentukan apakah akan membiarkan bunganya berbuah atau menyayat
semuanya untuk diambil niranya atau kombinasi dari keduanya. Ya betul,
mengkombinasikan pembuahan dan pengambilan nira dari satu pohon kelapa adalah
bukan hal yang mustahil.
Dengan begini, pengambilan nira bukanlah menjadi
alasan berkurangnya produksi buah kelapa.
Pengambilan Nira Kelapa dan Pembuahan Kelapa Sekaligus Dalam Satu Pohon |
Rumor
No. 2. Produksi Gula Kelapa Merugikan Petani Karena tidak Punya Nilai Ekonomis
yang Tinggi.
Fakta: petani kelapa adalah salah satu jenis
petani dengan penghasilan yang sangat rendah. Jika beruntung, petani kelapa
bisa menjual Rp.900-1000/buah pada tengkulak. Tengkulak inilah yang lantas
menjual kelapa pada industri pengolahan kelapa dengan harga yang sangat tinggi.
Akhirnya, situasi ini menempatkan petani kelapa terus berada dalam kemiskinan.
Lain lagi ceritanya jika petani kelapa juga
mengambil nira bunga kelapa. Dengan mengolah nira menjadi gula, petani dapat
menaikkan nilai ekonomis nira kelapa. Dengan begini, penghasilan petani kelapa
dimungkinkan bisa naik hingga 50%. (www.bigtreefarms.com).
Rumor
No. 3. Terjadi Ketidakseimbangan Ekonomi Akibat Peralihan Petani Kelapa Menjadi
Penderes Nira Kelapa.
Untuk yang satu ini, yang saya dapat adalah
kondisi di Filipina. Faktanya adalah; di sana minyak kelapa merupakan salah
satu komoditas eksport utama. Jadi, pemerintah Filipina tidak akan melakukan
perubahan secara radikal ke arah produksi nira kelapa. Hanya kurang dari 10%
dari keseluruhan perkebunan kelapa di Filipina yang didedikasikan untuk
produksi nira. Sayangnya saya belum menemukan informasi bagaimana situasinya di
Indonesia. Kalau menemukan datanya akan segera saya update deh ^-^.
Kembali ke rumor-rumor yang saya sebut di atas
tadi, saya tidak ingin menyimpulkan apa-apa. Silahkan pembaca mengambil
kesimpulan sendiri apakah benar keberadaan penderes nira untuk diolah menjadi
gula kelapa mengancam keberadaan buah kelapa sebagai bahan baku minyak kelapa,
kelapa kering maupun tepung kelapa.
Semoga artikel ini bermanfaat.
Salam manis semanis gula ^-^
Tidak ada komentar:
Posting Komentar