Bagi saya, istilah gula kelapa adalah hal baru.
Sedari kecil, hanya ada dua jenis gula yang saya tahu; gula pasir dan gula
merah. Saya terbilang terlambat mengetahui keberadaan istilah gula kelapa ini. Karena
ternyata, ribuan tahun sebelum saya maupun orang tua saya lahir, gula kelapa
telah dipakai sebagai pemanis tradisional di Asia Selatan dan Asia Tenggara.
Ya, karena di belahan dunia inilah terdapat banyak sekali pohon kelapa. Dalam
hal ini, Indonesia mestinya berbangga karena merupakan salah satu negara
penghasil kelapa terbesar di dunia selain Filipina.
Di beberapa negara, semisal di Thailand, orang
menyebut gula kelapa dengan gula palem. Padahal, dari segi rasa, tekstur dan
cara pembuatan kedua jenis gula ini agak berbeda. Dari bahan bakunya saja juga
sudah berbeda, walaupun sama-sama berasal dari keluarga palem-paleman. Gula
palem dibuat dari nira pohon palem jenis Palmyra (Borassus flabellifer) atau Aren (Arenga pinnata), sedangkan
bahan baku gula kelapa berasal dari nira pohon kelapa jenis Cocos nucifera.
Coco Nucifera |
Secara tradisional, proses pembuatan gula kelapa
ini cukup sederhana. Secara garis besar, prosesnya terbagi menjadi 2 tahap.
Tahap pertama: pengumpulan nira dan tahap kedua: penguapan air. Petani akan
membuat sayatan di bagian tandan bunga kelapa dan nira akan mengalir melalui
sayatan tersebut.
Nira yang keluar kemudian dikumpulkan dalam wadah-wadah
bambu. Lantas, nira tersebut dijadikan satu dalam panci raksasa dan dipanaskan
di atas api sedang untuk menguapkan kadar airnya. Nira murni berwarna transparan
dan memiliki kandungan 80% kadar air. Saat airnya menguap, nira akan berubah
menjadi kental seperti sirup. Dari bentuk inilah kemudian gula kelapa dikemas
dalam berbagai jenis tampilan. Ada yang dicetak, dikristalkan, dibuat seperti
semacam pasta atau dibiarkan saja dalam bentuk aslinya (sirup).
"Memasak" Gula Kelapa Tradisional |
Naa, begitulah gambaran umum proses pembuatan
gula secara tradisional dari nira pohon kelapa. Dalam beberapa artikel yang
saya baca, selain menggunakan istilah nira, kata “nektar” sering juga digunakan
untuk menyebut bahan baku gula kelapa ini.
Selanjutnya; mengapa sih repot-repot memakai gula
kelapa, toh selama ini kita sudah punya gula pasir (gula tebu) sebagai bahan
pemanis? Rasa gula kelapa pun juga mungkin bisa tak sama dengan gula yang
selama ini kita kenal, lantas bagaimana gula kelapa bisa digunakan dalam
kehidupan sehari-hari? Belum tentu rasa gula kelapa bisa dengan mudah cocok
dengan selera kita yang sudah terbiasa dengan gula tebu, bukan? Dan yang paling
penting lagi, apa untungnya mengkonsumsi gula kelapa dibanding dengan gulapasir biasa?
Saya akan membahasnya di artikel-artikel
berikutnya. Kalau pembaca tidak sabar, silahkan minta pertolongan google untuk
menemukan jawaban atas pertanyaan di atas. Ada banyak kok web dan blog yang
membahas masalah gula kelapa. Sebab, sejak kurang lebih 2-3 tahun yang lalu,
pemakaian gula kelapa di negara-negara maju mulai marak diperkenalkan sebagai
pemanis alternatif. Selamat mencari.
Salam Manis Semanis Gula ^-^
Tidak ada komentar:
Posting Komentar